Alice adalah seorang cewek biasa saja di sekolah seperti halnya cewek-cewek lain pada umumnya. Ia bersekolah di sekolah swasta terletak tak jauh dari rumahnya. Umurnya masih 15 tahun di tahun pertamanya berada di sekolah tersebut.Suatu hari ia menemukan sepucuk surat di loker sekolah berisi bait-bait puisi yang tertulis rapi dan indah dari seseorang yang tak ia kenal. Di pucuk kertas tertulis inisial D.A. Mulanya Alice hanya mengabaikan surat tersebut sembari membuangnya ke tong sampah dan berlalu begitu saja. Ia menganggap itu perbuatan anak iseng yang sengaja ingin mengerjainya.
Esok paginya Alice menemukan surat yang sama di loker. Kali ini cukup mambuat Alice pernasaran siapakah orang iseng yang mengirimkan surat itu. Ia membaca surat itu dan mengetahui kalau si pengirim surat ternyata beiinisial D.A sama seperti sebelumnya. Alice memutuskan untuk menyimpannya dan pergi menuju kelas. Seminggu berlalu ia selalu mendapati surat yang sama di loker tanpa ia tahu siapa si pengirim surat sebenarnya hingga ia benar-benar dibuat penasaran.
Di sekolah ada seorang cowok populer bernama Dave anggota sekaligus kapten tim basket yang suka pada Alice sejak lama dan Alice tau akan hal itu. Sayangnya ia tidak terlalu menanggapi Dave. Kecuali akhir-akhir ini mereka terlihat beberapa kali jalan bersama. Dave mengundang Alice makan malam di rumahnya dan Alice menyetujui walau Alice akui ia tidak begitu tertarik pada Dave. Namun usaha Dave untuk mendekati Alice patut diberi pujian.
Karena rasa penasarannya, Alice memutuskan mencari tahu identitas si pengirim surat. Ia sengaja berangkat lebih awal agar bisa mengintip orang yang memasukkan surat ke dalam lokernya.
Sekolah masih agak sepi di pagi hari. Di koridor menuju loker ia berpapasan dengan seorang cowok berpenampilan tidak biasa dengan potongan rambut spike di bagian belakang dan bangs yang hampir menutupi sebagian matanya. Tubuhnya tinggi proporsional dengan rambut berwarna hitam dan sedikit corak biru di beberapa sisi. Ia mengenakan kaos yang sangat pas di badan dan celana jeans ketat bersepatukan converse. Di kedua sisi tangannya mengenakan sarung tangan bergambar tengkorak dan beberapa accessories gelang di pergelangan tangan dan wristband disiku. Kulitnya putih bersih kontras sekali dengan penampilannya yang bernuansa serba gelap.
Ketika mereka bertemu pandang , Alice masih bisa melihat sebelah mata cowok itu yang berwarna biru terang berhiaskan eyeliner hitam. Astaga, Ialah cowok paling tampan yang pernah Alice temui. Namun cowok itu segera berlalu dari hadapan Alice. Pertemuan yang cukup singkat dan berhasil meninggalkan rasa penasaran di benak Alice.
Alice kemudian teringat kalau ia pernah melihat cowok itu beberapa kali di sekolah. Sepertinya ia murid sekolah itu juga namun lebih sering terlihat menyendiri dan menutup diri dari pergaulan. Alice tidak tahu siapa namanya.
Setelah menunggu beberapa lama dan mengawasi lokernya dari kejauhan. Ia tak menemukan siapapun juga mendekati lokernya hingga dering bel berbunyi, Alice segera pergi ke kelas dengan perasaan kecewa.Sore harinya ketika ia kembali membuka loker, ia kembali menemukan sebuah surat. Aneh sekali pikirnya.
Alice meyimpan surat-surat yang ia dapatkan dari orang berinisial D.A dan menyimpannya dengan rapi di sebuah kotak. Di malam hari Alice kembali membaca surat-surat tersebut. Semua surat itu berisikan puisi-puisi dengan kata-kata yang indah dan romantis. Membuat Alice jadi semakin penasaran dengan orang berinisial D.A dan membayangkan bagaimanakah sosok D.A hingga ia dikejutkan oleh suara ketukan pintu dari luar. Itu mom. “Sayang, ada telepon dari Dave” suara mom memanggil. Alice segera menuruni tangga dan berbicara pada Dave di telepon.
“Hai Dave, ada apa?” tanya Alice pada Dave di seberang sana.
“Hai baby, maukah besok datang ke acara pesta di rumahku? Aku punya surprise untukmu .” Balas Dave.
“Oya? Baiklah. Sampai jumpa besok Dave.”
Setelah bicara sesaat dengan Dave di telepon Alice kembali lagi ke kamar. Tiba-tiba ia teringat dengan cowok emo yang ia temui tadi pagi di sekolah. Wajahnya sangat tampan dan penampilannya yang keren membuat Alice tidak bisa melupakannya dari pikiran. Ia menyadari kalau ia telah jatuh cinta pada cowok itu.
Pagi ini Alice masih menemukan surat yang sama dalam loker. Seperti biasa ia mengambil dan menyelipkannya dalam tas kemudian pergi ke kelas.
Dave sudah menanti Alice dengan mobilnya di depan rumah. Alice berpamitan dengan mom kemudian menghampiri Dave. Mereka segera berangkat ke pesta menaiki mobil Dave. Malam itu Alice diperlakukan sangat spesial sekali oleh Dave hingga membuat cewek-cewek penggemar Dave yang datang ke pesta menjadi iri.
“Kita ke balcony?” ajak Dave. Alice mengikuti langkah Dave hingga mereka hanya berdua saja sekarang di balcony.
“Ada yang ingin kusampaikan malam ini.” Dave mengenggam erat tangan Alice dan menatapnya tajam.
“Apa yang ingin kau sampaikan, Dave?” Sebelum Dave melanjutkan kata-katanya, Alice menyela perkataan Dave. “Dave, apa kamu yang selama ini mengirimkan surat-surat ke lokerku?”
“Surat apa yang kamu maksud, Alice?” Dave tampak bingung.“Jadi bukan kamu orangnya?”Alice terlihat sedikit kecewa ternyata bukan Dave orang yang selama ini dia cari.
“Aku tidak tahu apa yang sedang kamu bicarakan. Aku cuma mau bilang I love you, Alice. Apa kamu mau menjadi kekasihku? ” Alice menatap Dave “Sorry Dave, aku tidak bisa memberikan jawaban sekarang”
“Ok, tak perlu menjawabnya sekarang. Akan kuberi waktu untuk berfikir.”
Dave mengantarkan Alice pulang ke rumah. Alice kembali memikirkan perihal surat dari si misterius yang ia dapatkan. Semula Alice menduga itu surat dari Dave. Ternyata bukan. Kalau begitu siapa orang berinisial D.A tersebut kalau bukan Dave?
Ketika kembali masuk ke sekolah, Alice mendapati teman-temannya mengucapkan selamat padanya atas statusnya sekarang yang telah menjadi pacar Dave. Alice berfikir mereka pasti salah paham. Ternyata cepat sekali gosip menyebar.
Ketika Alice membuka lokernya di pagi hari. Ia terkejut karena ia tidak menemukan surat yang seperti biasa ia terima. Kali ini entah mengapa Alice sedikit merasa kecewa. Ia berjalan ke kelas dengan tidak bersemangat. Di tengah jalan ia berpapasan dengan cowok emo yang sempat ia lihat dulu. Untuk kedua kalinya mereka bertemu pandang kembali. Cowok emo itu menatap Alice tajam membuat jantung Alice berdegup kencang. Sorot matanya seperti hendak mengutarakan sesuatu yang tak dapat ia ungkapkan.
Di kelas Alice bercerita pada sahabatnya, Anna mengenai masalahnya dengan Dave juga perihal cowok berpenampilan emo yang ia temui. Namun ia belum bercerita mengenai surat yang rutin ia dapatkan.Anna berkata kalau ia juga tidak mengenal cowok itu tapi ia memberi saran pada Alice untuk melupakan cowok emo yang ia kagumi. Di sekolah ini jarang ada yang suka terhadap anak emo.
Makanya anak berpenampilan emo di sekolah lebih sering mengasingkan diri dari pergaulan dan cenderung menyendiri. Menurutnya itu sangat ganjil dan aneh. “Freak!” kata dia lagi. Sebaliknya Anna malah mendukung Alice dengan Dave dan mendorong Alice untuk segera memberikan jawaban pada Dave.
“Dave masih jauh lebih baik daripada cowok aneh yang kamu temui!” seru Anna.
“Tapi aku masih belum yakin apakah aku benar-benar menyukai Dave atau tidak.”
“Ayolah Alice, kamu tahu kalau Dave sudah menyukaimu sejak lama. Tidak ada gunanya lagi membuang-buang waktu. Sebelum diambil orang lain kamu harus ambil kesempatan ini lebih dulu. Ingat, mungkin kamu tidak akan mendapatkan kesempatan seperti ini lagi lain waktu. Bayangkan kamu berpacaran dengan cowok paling populer di sekolah. Aku yakin semua cewek-cewek itu pasti akan iri melihatnya.”
“Entahlah Anna, aku masih belum benar-benar yakin."
Sesampainya di rumah kata-kata Anna masih terpikirkan dibenak Alice. Mungkin ia ada benarnya juga.
---
“Jadi kamu setuju menjadi pacarku?” tanya Dave seolah tidak percaya pada apa yang barusan Alice katakan.
“Iya, aku mau jadi pacarmu, Dave” kata Alice meyakinkannya lagi. Dave langsung memeluk Alice dengan erat dan memberinya kecupan mesra di dahi. Mereka resmi berpacaran sekarang.
Alice tidak terlalu yakin apakah keputusan yang baru diambilnya itu tepat. Mungkin ia hanya tidak mau menyakiti perasaan Dave atau sengaja untuk meyakinkan perasaannya kalau ia tidak mungkin bisa bersama dengan cowok emo pujaan hatinya.
Semenjak hari itu Alice tidak pernah lagi mendapatkan surat di loker. Apa mungkin karena ia telah berpacaran dengan Dave si penggemar misteriusnya enggan mengiriminya surat lagi? Kenyataan itu membuatnya sedikit kecewa entah mengapa.
Hari-hari dilalui Alice dengan biasa dan Alice mulai sedikit bisa melupakan si pengirim surat misterius dan si cowok emo.
Suatu ketika Alice harus pulang agak petang ke rumah. Ia baru saja mendapatkan segudang tugas yang harus segera diselesaikan hari itu juga di sekolah. Ia melirik jam tangannya sudah menunjukkan pukul 6:00 petang. Alice bergegas pulang ke rumah. Ia melewati koridor seperti biasa menuju ke halaman depan sekolah. Ketika baru sampai di depan ruang music, Alice menyadari seperti ada orang yang sedang membuntutinya dari belakang. Alice mempercepat langkah kakinya supaya lekas keluar dari gedung sekolah yang sudah mulai sepi.
Langkah kaki orang yang membuntutinya dari belakang semakin terdengar jalas membuat Alice ketakutan dan berlari sekencangnya. Ia tidak berani menengok ke belakang dan terus berlari berharap dapat lolos dari kejaran orang misterius yang mencurigakan itu. Hingga ia sampai ditikungan dan seperti mendengar suara tubrukan kemudian suara langkah kaki itu terdengar berlari menjauh.
Alice masih sedikit shock tapi ia juga merasa lega mengetahui ia sudah tidak dikejar lagi. Ia memberanikan diri mengecek ke belakang dan tidak menemukan siapapun disana tetapi ia menemukan sepucuk surat terjatuh di lantai. Alice memungut surat itu dan membacanya. Surat itu ternyata dari orang yang sama berinisial D.A
Dear sunshine,
Mungkin ini adalah surat terakhir yang kutulis untukmu.Tiada puisi indah dan kata-kata cinta lagi yang dapat kulampirkan karena seberapa banyaknya pun puisi dan kata-kata indah yang kutulis tidak akan pernah cukup mewakili perasaanku yang ingin kusampaikan padamu.
Aku tau kini kamu sudah menjadi milik orang lain. Tapi aku masih terlalu egois untuk melepaskanmu begitu saja dari hidupku. Kamu membuat aku gila sampai-sampai membuatku berfikir untuk mengakhiri hidup dan pergi selama-lamanya dari dunia ini. Mungkin ini terdengar bodoh dan gila atau apapun yang kamu anggap ini sebagai lelucon. Sayangnya aku bukanlah orang yang suka terhadap lelucon. Kadang-kadang aku memang suka bertindak tanpa berfikir panjang.
Temui aku besok ditempat XXX dekat pantai XXX tidak lebih dari pukul 10 malam. Aku tidak akan menunggu lebih lama lagi jika kamu tidak segera datang tepat waktu. Kini sudah saatnya bagiku berhenti mengagumimu diam-diam. Kuharap aku tidak akan sampai melakukan hal yang kupikirkan. Karena besok mungkin terakhir kalinya aku dapat meliat matahariku lagi sebelum aku benar-benar akan meninggalkannya.
With all my love and soul,
D.A
Satu hal yang langsung terlintas dibenak Alice. Orang ini sudah gila! Mungkin ia seorang psychopath atau sejenisnya. Surat terakhir yang ia baca membuatnya bergidik. Apa benar ia akan bunuh diri jika Alice tidak datang tepat waktu besok? Mungkinkah ini hanya gertakan semata? Alice merebahkan dirinya di tempat tidur sambil memejamkan mata memikirkan isi surat itu sampai ia benar-benar ketiduran.
Di sekolah ketika ia berjalan melewati kerumunan gadis-gadis, Alice tidak sengaja mendengar pembicaraan mereka tentang orang misterius yang suka menguntit para murid perempuan jika sedang sendirian berada di sekolah. Ia langsung menduga bahwa itu adalah orang yang sama yang mengejar ia tempo hari. Kini ia sudah tertangkap basah dan pelakunya bernama Tom murid sekolah itu juga. Apakah mungkin Tom adalah orang berinisial D.A yang selalu mengiriminya surat di loker? Tapi apa maksud inisial D.A di setiap surat yang ia kirimkan?
“Baby, apa kamu senang dengan kencan kita malam ini?” tanya Dave penuh antusias.
“Yeah, kurasa ini kencan yang cukup menyenangkan.”
“Tapi kamu tidak terlihat seperti menikmati kencan kita malam ini. Apa kamu sedang memikirkan hal lain?”
“Dave dengarkan aku, maaf aku harus jujur padamu. Kurasa aku tidak bisa meneruskan hubungan kita lebih jauh karena sepertinya aku menyukai orang lain. Sekali lagi maafkan aku, Dave.”
Setelah mengucapkan kata maaf yang terakhir pada Dave, Alice segera meminta turun dari mobil Dave dan pergi meninggalkannya. Ia meremas surat dari si misterius yang ia bawa di kantongnya kemudian mengecek jam tangannya menunjukan pukul setengah sepuluh malam. Alice langsung berlari secepat mungkin ke tempat janji pertemuan dengan si orang misterius.
Sampai di tempat Alice masih berusaha mengambil nafas karena baru saja berlarian. Ia melihat jam tangannya sekali lagi tepat menunjukkan pukul sepuluh malam. Di seberang rel kereta yang melintasi tempat itu ia melihat seorang cowok berdiri membelakanginya bersandar di tembok pengaman jalan yang berbatasan langsung dengan laut di bawah sana. Alice khawatir kalau ia akan melompat dari atas tempat itu.
“Hey, stop. Jangan melompat kebawah!”
Cowok itupun menengok ke arah Alice dan Alice baru sadar ternyata dia adalah cowok yang selama ini telah merebut hatinya. Ya dia adalah cowok emo yang Alice kagumi. Alice terkejut sejenak mengetahui kenyataan itu ternyata selama ini dia lah orang yang selalu mengiriminya surat setiap hari di loker. Ia melihat cowok itu tersenyum dari kejauhan memandang wajah Alice. Alice menyadari mukanya berubah bersemu merah dan jantungnya mulai berdegup kencang.
Antara rasa terkejut dan senang Alice berusaha menghampiri pemuda tersebut yang berada tepat diseberang rel kereta. Ia hendak melintasi rel ketika tiba-tiba palang kereta yang berada di kedua sisi rel telah turun menandakan akan ada kereta api yang akan melintas. Alice terperangkap ditengah-tengah rel sementara dari arah kanan sebuah kereta express melaju dengan kencang ke arah Alice. Alice tidak sempat meloloskan diri karena kakinya serasa kaku untuk digerakkan.
Tiba-tiba seseorang menyambarnya dan mendorongnya dengan kuat hingga ia terjerembab ke aspal jalan. Semantara di hadapanya cowok berambut hitam yang ia kenal tersenyum padanya sambil berucap untuk yang terakhir kali.
“I love you, Alice”
Tanpa sempat meloloskan diri tubuh cowok itu terhempas sangat kuat oleh laju kereta express hingga Alice tak sempat melihatnya lagi. Alice tak bisa berkata apa-apa dan tak dapat beranjak sedikitpun dari tempatnya berada. Semua seperti mimpi ketika tersadar yang dapat ia lakukan hanya menangisi kepergian orang yang sudah menyelamatkan hidupnya dengan mengorbankan nyawanya sendiri.
Alice menangis sendirian di tempat itu untuk sekian lama hingga ia tersadar akan surat yang sedari tadi ia genggam lolos dari tangannya. Alice memungut kembali surat yang telah rusak karna digenggam erat besarta amplop surat yang terjatuh di sampinganya. Ketika hendak memasukkan surat itu kembali ke dalam amplop, ia melihat sesuatu tertulis di bagian dalam amplop yang selama ini tidak ia sadari. Alice membuka amplop itu. Di dalamnya tertulis dengan jelas sebuah nama dengan huruf latin bertuliskan Damien Anderson dengan tinta hitam yang mulai memudar karena terkena tetesan air mata Alice yang mulai terjatuh kembali.
Malam itu dunia seperti berputar sangat cepat dan semuanya yang berada di sekeliling Alice tampak seperti memudar. Ia baru menyadari kalau selama ini Damien lah orang yang Alice cari dan ia cintai. Kini Damien telah telah pergi selama-lamanya tanpa sempat mengetahui bahwa Alice juga mencintainya. Dia mulai menangisi lagi kepergian Damien hingga airmatanya benar-banar habis mengering.
“I love you too, Damien” bisik Alice sangat lirih disela kata-kata terakhirnya malam itu.
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar